Bagaimana Memilih Jenis Usaha

Bila kita bertanya kepada teman-teman atau saudara kita yang berprofesi sebagai pekerja atau karyawan tentang alasan mereka memilih karyawan dan bukan sebagai wirausahawan, maka umumnya yang kita dapatkan adalah jawaban klasik yaitu masalah modal. Akan tetapi tidak jarang pula kita mendapatkan realitas bahwa ketika modal sudah ada dalam genggaman belum ada juga kegiatan usaha yang dimulai.

Hal seperti di atas banyak kita jumpai pada saudara-saudara kita yang terkena PHK, walaupun sebagian dari mereka sudah mempunyai modal dari pesangon PHK yang mereka dapatkan tetapi sebagian besar kembali menulis lamaran ke berbagai perusahaan.

Kalaupun ada yang coba-coba berwirausaha, biasanya akan memilih jenis usaha yang lagi ngetrend. Pilihan ini tentu saja tidak bagus karena banyak dipengaruhi oleh faktor ikut-ikutan dan sering kali kurang didasari dengan perhitungan yang cermat.

Barangkali ada juga yang berkeinginan untuk memulai suatu jenis usaha tertentu, tetapi mereka ragu apakah jenis usaha itu cukup punya prospek bagus atau tidak. Ini mungkin karena mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menganalisa apakah satu jenis usaha tersebut cukup prospektif atau tidak.

Tulisan ini mencoba untuk memberikan gambaran sederhana bagaimana menganalisa prospek tidaknya suatu jenis usaha. Tulisan ini hanya akan melihat dari faktor-faktor lingkungan usaha dan persaingan tanpa melibatkan analisa keuangan (finansial).

Michael E. Poter guru besar dari Harvard university menjelaskan ada lima hal yang perlu diperhatikan untuk melihat posisi suatu jenis usaha berdasarkan lingkungan dan persaingan, yaitu :
1. Persaingan di antara kontestan (industri sejenis)
2. Ancaman Pendatang Baru
3. Daya Tawar Pemasok
4. Daya Tawar Pelanggan
5. Ancaman Produk Substitusi

Persaingan di Antara Kontestan

Hal pertama yang perlu diperhatikan ketika memilih suatu jenis usaha adalah tingkat persaingannya. Apakah untuk jenis usaha tersebut jumlah pemainnya sudah cukup banyak atau tidak. Apakah para pemain yang sudah ada tersebut memerlukan usaha-usaha yang berat untuk meraih pasar. Dari pengamatan tersebut diharapkan kita bisa melihat sampai sejauh mana derajat persaingan dalam usaha tersebut.

Ancaman Pendatang Baru

Pendatang baru merupakan ancaman bagi usaha yang akan kita rintis, oleh karenanya kita perlu tahu seberapa besar hambatan munculnya pesaing tersebut. Hambatan tersebut bisa jadi berupa besaran modal, teknologi, peraturan serta norma-norma yang berlaku di masyarakat kita dan lain-lain.

Usaha diskotik umpamanya, adalah usaha yang memerlukan perizinan khusus karena menyangkut dengan norma-norma yang ada di masyarakat kita acapkali menolak berdirinya usaha diskotik di lingkungannya. Bila hambatan untuk munculnya pendatang baru adalah kecil, berarti  jenis usaha tersebut tidak cukup baik. Tetapi bila hambatannya besar, itu berarti bagus.

Daya Tawar Pemasok

Dalam semua jenis usaha tentu kita berhubungan dengan beberapa pemasok (supplier) untuk kelangsungan kegiatan usaha kita. Kalau barang atau bahan baku kita itu bersifat spesifik dan tidak bisa diganti dengan barang/bahan lain sementara jumlah pemasok untuk bahan tersebut sedikit itu artinya daya tawar pemasok cukup tinggi. Kondisi seperti ini tidak baik untuk usaha kita karena pemasok dengan mudah akan dapat mempermainkan kita. Usaha atau industri yang baik adalah bila daya tawar pemasoknya rendah. Jika dari analisa kita ternyata daya tawar pemasok untuk jenis usaha yang kita pilih adalah rendah maka itu artinya bagus.

Daya Tawar Pelanggan

Pelanggan adalah faktor terpenting dalam usaha apapun karena mati hidupnya suatu usaha tergantung dari pelanggan.

Kalau pelanggan punya banyak pilihan untuk mengganti produk usaha kita dengan yang lain, itu berarti daya tawar produk usaha kita rendah. Tetapi bila sebaliknya, itu berarti bagus.

Ancaman Produk Substitusi

Produk substitusi adalah produk yang tidak harus sama persis dengan produk kita tetapi bisa menggantikan posisi produk kita bagi konsumen. Pelanggan tidak mendapatkan masalah berarti jika mengganti produk kita dengan produk substitusi. Pada beberapa kasus justru pelanggan dengan senang hati pindah pada produk substitusi karena alasan harga atau yang lainnya.

Kalau produk kita ternyata berhadapan dengan produk substitusi itu artinya ancaman sedang mengahadang. Jika produk pengganti tersebut jumlahnya banyak maka ancaman itu semakin besar, dengan demikian kita memberi nilai jelek untuk faktor ini.

Tetapi jika berlaku kondisi yang sebaliknya yaitu tidak ada ancaman yang berarti dari produk substitusi, itu artinya bagus.

Kesimpulan

Dari analisa yang kita lakukan terhadap kelima faktor di atas, bila diasumsikan pada setiap faktor yang bagus atau baik kita beri tanda bintang (*), lalu bila kesemuanya mendapatkan tanda bintang maka itulah "USAHA BINTANG LIMA", yaitu jenis usaha yang terbaik dan yang paling kita cari-cari karena jelas akan sangat menguntungkan.

Tetapi jarang sekali kita menemui kondisi usaha seperti itu. Jika jumlah bintang masih lebih banyak dari yang tidak, maka itu berarti usaha tersebut masih menjanjikan untuk dilaksanakan. Tetapi jika sebaliknya, yaitu tanda bintang lebih sedikit atau malah tidak ada sama sekali maka kita perlu berpikir ulang untuk memasuki jenis usaha tersebut.

Oleh : Ir. Awang Surya, MM
Share on Google Plus

About Unknown

0 komentar:

Posting Komentar