Saat ini Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia sebagai penghasil cokelat, penetapan Hari Kakao Indonesia bertujuan untuk menjadikan negara ini menjadi nomor satu,"
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menetapkan 16 September sebagai Hari Kakao Indonesia untuk mendukung bertambahnya produksi cokelat menjadi yang terbesar di dunia.
"Saat ini Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia sebagai penghasil cokelat, penetapan Hari Kakao Indonesia bertujuan untuk menjadikan negara ini menjadi nomor satu," kata Menteri Pertanian Suswono di Jakarta, Jumat.
Kakao menurut Suswono adalah komoditas perkebunan yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia dan menjadi pemasok devisa negara terbesar ketiga di sektor perkebunan.
"Revitalisasi kakao juga bisa menciptakan sumber pendapatan dan penciptaaan lapangan kerja baru bagi 1,6 juta petani," kata Suswono.
Dengan menjadi produsen kakao terbesar di dunia, Indonesia menurut Suswono bukan hanya berpeluang memenuhi kebutuhan pasar dunia tetapi juga mengisi pasar domestik untuk 240 juta penduduk Indonesia.
Produksi kakao di Indonesia pada 2011 lalu adalah 600.000 ton atau hanya 0,8 persen dari kebutuhan dunia yang mencapai 6,7 juta ton per tahun.
Suswono optimis Indonesia dapat menjadi penghasil kakao terbesar di dunia karena didukung oleh klon unggulan cokelat unggulan. Klon bernama Djati Renggo tersebut adalah hasil dari penelitian selama 35 tahun.
"Hasil klon itu akan digunakan untuk meremajakan tanaman kakao yang sudah tua dan tidak produktif," kata Suswono.
Selain karena umur tanaman yang sudah tua, Suswono berpendapat bahwa produktivitas dan mutu kakao yang masih rendah disebabkan oleh serangan hama penyakit penggerek buah kakao dan `vaskular streak dieback`.
Saat ini, rata-rata produksi kakao di Indonesia hanya 660 kg/ha, atau hanya setengah dari Pantai Gading sebagai penghasil cokelat terbesar di dunia mencapai 1,5 ton/ha.
Produksi yang rendah ini menurut Suswono masih ditambah dengan kakao yang belum difermentasi. Akibatnya, produk kakao belum bisa dinikmati oleh petani maupun kalangan industri yang mengolah bahan baku cokelat.
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menetapkan 16 September sebagai Hari Kakao Indonesia untuk mendukung bertambahnya produksi cokelat menjadi yang terbesar di dunia.
"Saat ini Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia sebagai penghasil cokelat, penetapan Hari Kakao Indonesia bertujuan untuk menjadikan negara ini menjadi nomor satu," kata Menteri Pertanian Suswono di Jakarta, Jumat.
Kakao menurut Suswono adalah komoditas perkebunan yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia dan menjadi pemasok devisa negara terbesar ketiga di sektor perkebunan.
"Revitalisasi kakao juga bisa menciptakan sumber pendapatan dan penciptaaan lapangan kerja baru bagi 1,6 juta petani," kata Suswono.
Dengan menjadi produsen kakao terbesar di dunia, Indonesia menurut Suswono bukan hanya berpeluang memenuhi kebutuhan pasar dunia tetapi juga mengisi pasar domestik untuk 240 juta penduduk Indonesia.
Produksi kakao di Indonesia pada 2011 lalu adalah 600.000 ton atau hanya 0,8 persen dari kebutuhan dunia yang mencapai 6,7 juta ton per tahun.
Suswono optimis Indonesia dapat menjadi penghasil kakao terbesar di dunia karena didukung oleh klon unggulan cokelat unggulan. Klon bernama Djati Renggo tersebut adalah hasil dari penelitian selama 35 tahun.
"Hasil klon itu akan digunakan untuk meremajakan tanaman kakao yang sudah tua dan tidak produktif," kata Suswono.
Selain karena umur tanaman yang sudah tua, Suswono berpendapat bahwa produktivitas dan mutu kakao yang masih rendah disebabkan oleh serangan hama penyakit penggerek buah kakao dan `vaskular streak dieback`.
Saat ini, rata-rata produksi kakao di Indonesia hanya 660 kg/ha, atau hanya setengah dari Pantai Gading sebagai penghasil cokelat terbesar di dunia mencapai 1,5 ton/ha.
Produksi yang rendah ini menurut Suswono masih ditambah dengan kakao yang belum difermentasi. Akibatnya, produk kakao belum bisa dinikmati oleh petani maupun kalangan industri yang mengolah bahan baku cokelat.
0 komentar:
Posting Komentar