JAKARTA. Banyaknya permintaan masyarakat untuk mendokumentasikan momen penting dalam bentuk foto, membuat bisnis fotografi berkembang. Apalagi, sekarang, teknologi kamera digital semakin maju dan harga kamera semakin murah. Tak heran banyak orang punya hobi ceprat-cepret dan atau bahkan terjun ke usaha fotografi dan studio foto.
Seperti juga di sektor-sektor usah lain banyak pelaku usaha terkait fotografi ini yang menawarkan kemitraan dalam upaya mengembangkan usaha mereka. Kali ini, Kontan mengulas tiga kemitraan studio foto, yakni M Photo Kios & Studio, Malibu 62 Studio dan Desain Pedia. Usaha M Photo Kios & Studio menarik diulas karena pemiliknya bisa terus menambah jumlah mitra usaha.
Namun, pemain lainnya tak sebagus M Photo Kios. Sampai sekarang jumlah gerai mereka masih stagnan. Bahkan, ada yang jumlah gerainya turun. Lantas, apa yang mendorong usaha studio foto bisa berkembang? Sebaliknya, apa yang menjadi kendala dalam bisnis ini? Berikut ulasannya.
M Photo Kios & Studio
Usaha yang berada di bawah bendera PT Modern Internasional Tbk ini terbilang mampu bersaing. Ketika Kontan mengulas kemitraan ini pada November 201, tercatat ada 30 outlet M Photo Kios & Studio milik mitra.
"Saat ini, kami sudah memiliki 40 outlet yang seluruhnya milik mitra," terang Eko Prasetyo, Head of Franchise and Photo Studio dari M Photo. Artinya, dalam waktu tiga tahun, ada tambahan 10 mitra baru. Penambahan gerai baru berlokasi di Medan, Palembang, Pontianak, Jakarta, Bogor dan Bandung.
Kata Eko, pertumbuhan outlet memang tidak terlalu pesat. Namun, ia optimitis terhadap peluang bisnis fotografi ke depan. "Kami sudah memegang jaringan yang luas, dengan market share sekitar 80% di kelasnya," klaimnya.
Demi menggaet lebih banyak mitra dan mengembangkan usaha ini, manajemen pusat menetapkan sejumlah strategi. Salah satunya, Eko bilang, pihaknya bakal meluncurkan variasi layanan terbaru, seperti foto studio digital dengan teknologi terkini. "Outletnya kami buat lebih variatif, paket-paket juga diperbaharui," paparnya.
Agar calon mitra juga bisa lebih mudah membuka gerai M Photo, pihak pusat pun kini menawarkan paket kemitraan yang lebih leksibel. Sebelumnya, ada empat pilihan paket investasi yang dapat dipilih calon mitra, yakni mulai Rp 125 juta, Rp 300 juta, Rp 500 juta, dan paket Rp 1,2 miliar.
Adapun, saat ini, paket kemitraan sudah lebih fleksibel.Kata Eko, paket usaha bisa dibuat tergantung perlengkapan dan jasa yang ingin disediakan calon mitra, luas ruangan, serta lokasi. "Paket investasi mulai dari Rp 75 juta hingga Rp 800 juta," ujar Eko.
Meski bebas memilih besaran modal, namun paket-paket tersebut dibedakan menjadi dua tipe, yakni tipe M Photo Kios dan M Photo Studio. Perbedaanya, M Photo Kios untuk skala lokasi kecil, yang berlokasi di mal atau pusat perbelanjaan. Layanannya terbatas pada foto boks dan cetak foto digital instan.
Sementara, tipe M Photo Studio umumnya berupa toko atau gerai berdiri sendiri. Tipe ini melayani jasa fotografi untuk perorangan maupun grup, serta menjual berbagai kebutuhan fotografi.
Desain Pedia
Desain Pedia adalah studio foto yang dirintis Subhi Drajat di Denpasar, Bali, pada Maret 2011. Subhi mulai menawarkan kemitraan studio foto sejak Oktober 2011.
Namun, perkembangan usaha ini kurang mulus, bahkan bisa dikatakan stagnan. Sejak diulas pada April tahun lalu, hingga kini, jumlah gerainya masih tetap 20 unit. Lokasinya di sekitar Bali dan Lombok.
Subhi bilang, sejauh ini masih belum ada tambahan mitra, karena ia memang sangat selektif memilih mitra. "Saya hanya menerima mitra yang berlokasi di Bali atau Indonesia bagian timur," klaimnya.
Menurutnya, pemain bisnis ini belum begitu banyak di daerah tersebut, sehingga potensi pasar masih banyak. Subhi tetap yakin pada peluang bisnis studio foto. Agar bisa menjaring mitra baru dan memberikan pilihan lebih banyak kepada calon mitra, ia menambah pilihan paket usaha.
Sebelumnya hanya ada satu paket mini studio seharga Rp 10 juta. Sekarang, ada tambahan satu paket mini studio senilai Rp 20 juta. Setiap paket mencakup komputer, monitor, kamera kapasitas 5-10 megapixel, konverter, kertas foto, printer, studio box ukuran 100 x 200 x 200 centimeter, background foto, lampu, dan program micro studio. "Perbedaannya pada kualitas mesin printer dan jumlah kertas cetak yang didapat mitra," papar Subhi.
Ia mengklaim, keunggulan Desain Pedia, yaitu memiliki software khusus yang memudahkan pelanggan jika ingin mencetak foto dari berbagai media, baik handphone dan kemera digital.
Sekadar gambaran, kemitraan Desain Pedia memang lebih fokus melayani jasa cetak foto ketimbang jasa fotografi studio. Tarif mencetak satu foto berkisar Rp 5.000 - Rp 10.000. Harga ini masih sama dibanding tahun lalu.
Ke depan, Subhi ingin fokus mengembangkan Desain Pedia menjadi one stop digital service. Jadi, tidak hanya fokus di jasa fotografi. Harapan saya, Desain Pedia bisa menawarkan jasa lain, seperti videografi, desain grafis dan jasa digital lainnya, bebernya.
Malibu 62 Studio
Studio foto ini sudah berdiri sejak Februari 1994. Kemudian, pada 2002, pemilik usaha ini mulai membuka tawaran waralaba. Studio foto ini populer, karena dulu kerap digunakan para selebritas. Bahkan, studio foto yang berpusat di Jakarta ini mengusung jargon 'The top spot for Indonesia celebrity'.
Sayang, perkembangannya tidak terus moncer. Dari 25 gerai yang dimiliki tiga tahun lalu, kini masih 23 gerai Malibu 62 Studio. Perinciannya: lima gerai milik pusat, dan sebanyak 18 gerai lainnya kepunyaan mitra.
Ada beberapa gerai yang tutup, karena mitra tidak melanjutkan kerjasama yang sudah berjalan lima tahun, klaim Hilman Mubarok, Marketing Communication and Franchise Malibu 62 Studio.
Supaya bisa menggaet mitra baru, saat ini, Malibu memangkas biaya investasi. Sebelumnya, mitra harus merogoh kocek sebesar Rp 200 juta untuk menjadi mitra Malibu.
Saat ini, jika tertarik menjadi mitra, Anda hanya perlu membayar investasi Rp 150 juta. Biaya itu sudah termasuk franchise fee selama lima tahun, perlengkapan fotografi, serta displai gerai.
Tak hanya itu, Malibu juga mengaku akan semakin gencar berpromosi, terutama beriklan di televisi. Pihak pusat juga berusaha menjaga relasi yang baik dengan pelanggan, serta menjalin kerjasama dengan manajemen artis dan stasiun televisi supaya semakin eksis.
Malibu mematok tarif Rp 438.000 - Rp 500.000 untuk sesi foto keluarga. Sementara, tarif paket foto pre-wedding mencapai Rp 1,2 juta untuk sesi foto indoor, dan Rp 5 juta untuk outdoor.
Selain membidik kalangan selebritas, Malibu juga memprioritaskan foto keluarga, misalnya untuk acara-acara wisuda. Hilman optimistis, bisnis studio foto masih bisa terus berkembang, dan bahkan berpeluang bagus, terutama di daerah-daerah yang persaingannya belum sangat ketat.
Makanya, hingga penghujung tahun ini, Malibu bersiap-siap mengincar pembukaan tiga cabang baru di Makassar, Denpasar, dan Bangka. Ditargetkan, mitra Malibu bisa mengantongi omzet Rp 40 juta - Rp 100 juta per bulan.
0 komentar:
Posting Komentar